Analisis ini disampaikan pakar meteorologi tropis Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) Dr Tri Handoko Seto dalam surat elektronik kepada detikcom, Kamis (29/9/2011).
Tri Handoko menduga penyebab jatuhnya pesawat itu karena badai Nesat dengan mengambil data cuaca di kawasan Medan hingga Aceh yang dalam kondisi cerah. "Cuaca cerah tidak berarti selalu aman bagi penerbangan, terutama penerbangan pesawat kecil seperti Cassa ini," kata dia.
Menurut Tri, pesawat Cassa 212 biasanya terbang pada ketinggian 7.000 hingga 8.000 feet untuk rute-rute penerbangan komersial. "Pada ketinggian tersebut, kecepatan angin saat ini di wilayah Sumatera bagian tengah hingga utara sangat tinggi, sekitar 20-40 knot. Hal ini terjadi akibat adanya siklon tropis Nesat yang tengah terjadi di sebelah utara wilayah Indonesia," papar Tri.
Tri juga membeberkan pengalamannya yang juga baru saja terbang dengan pesawat model yang sama. "Pengalaman saya kemarin terbang dengan pesawat yang juga dioperasikan NBA di Pekanbaru juga mengalami turbulensi dan angin kencang yang mengakibatkan pesawat terbanting-banting di udara," jelas dia.
Menurut Tri, jika posisi pesawat berada dekat daratan, dalam kasus di Medan pesawat terbang di area pegunungan, maka pesawat sangat rawan terbanting ke bawah (downdraft) sehingga menabrak daratan. "Ini hanya analisis kemungkinan jika pesawat memang mengalami crash," kata Tri.
Pesawat Cassa 212 ini terbang dari Medan pukul 07.00 WIB. Seharusnya pesawat tersebut sampai di Kutacane, Aceh Tenggara pada pukul 08.00 WIB. Pesawat itu terakhir melakukan kontak dengan air control saat berada di atas Bohorok, Kabupaten Langkat. Hingga kini, Tim SAR masih menuju titik lokasi jatuhnya pesawat tersebut. Pesawat itu jatuh di pegunungan kapur di Aceh Tenggara. Semua penumpangnya diduga tewas.
0 komentar:
Posting Komentar