Homo Homoni Socio :
Definisi Homo Homini
Socio 1
Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa
alasan, yaitu:
a.
Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.
Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.
Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Sosialisasi
Peter
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger,
1978:116).
Salah
satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead.
Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead
menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan
anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game
sytage, dan tahap generalized other.
Menurut
Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil
peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada
tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh
orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada
tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran
yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran
generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat
karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan
siapa ia berinteraksi.
Menurut
Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya
dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini
oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley
berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada
tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain
terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap
apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak
yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media
massa, dan sistem pendidikan
Definisi Homo Homini
Socio 2
Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu
kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian
yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas
yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat
menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka
ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan
demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
Definisi Homo Homini
Socio 3
Setiap
makhluk tidak bisa hidup sendiri dalam menjalani umurnya di dunia ini, makhluk
pertama yang bernama Adam pun melakukan komplain kepada Allah SWT atas
kesendirian beliau hingga diciptakanlah makhluk yang bernama Hawa. Begitu juga
kita sebagai keturunan Nabi Adam pasti juga demikian, atas kasih sayang Allah
SWT terhadap seluruh hamba-Nya di dunia ini maka kita diciptakan
berpasang-pasangan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa sebagai bentuk hubungan
antar makhluk ciptaan Allah SWT dengan tujuan agar kita saling kenal mengenal.
Siapapun anda, sekurang-kurangnya memiliki 100 orang yang dikenal. Setiap orang
di sekitar kita pasti berpengaruh kepada kita; baik positif maupun negatif
sebagaimana kata Aa’ Gym dalam ceramah beliau: berteman dengan orang yang jual
minyak wangi maka kita akan kena wanginya, kalau berteman dengan pande besi maka
bau pande besi. Namun bukan berarti kita harus mengesampingkan orang-orang yang
berpengaruh buruk dan menghambat perjalanan kita meraih kesuksesan. Sebaliknya,
kitalah yang harus memperkuat pengaruh positif agar dapat merubah pengaruh
negatif tersebut. Teringat pesan orang tua penulis “Jadilah Muhammad (pen: Nabi
Muhammad) yang merubah orang-orang di sekitarnya’, pesan tersebut memiliki
makna bahwa kita harus menebarkan kebaikan di manapun, kepada siapa pun dan
kapan pun.
Kenapa
kita perlu bergaul? Karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lainnya, binatang yang hanya mengandalkan nafsunya pun memerlukan binatang
lainnya dalam dunia kebinatangannya, apalagi manusia yang hidup dengan pikiran,
nafsu dan perasaan. Jadi, pergaulan atau yang kita kenal dengan silaturrahmi
adalah proses pengembangan akses dan bukan jamannya lagi mengembangkan aset,
karena aset pada umumnya ada karena kita memiliki akses sebagai sarana
mendapatkan aset seperti sabda Rasulullah: siapa yang ingin diluaskan rezekinya
dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung tali silaturrahim. (HR.
Bukhari). Begitu indah silaturrahim dalam kehidupan ini dan memiliki banyak
manfaat sebagai eksistensi kita sebagai manusia, sepengetahuan saya manfaat
dari silaturrahim diantaranya. 1) Belajar dari pengalaman orang lain, hal ini
sangat penting mengingat waktu kita sangat terbatas untuk mengenyam berbagai
pengalaman. Mendengar cerita kesuksesan seseorang dalam menekuni bisnisnya
selama 5 tahun, berarti kita telah menghemat waktu yang cukup banyak untuk
mendapatkan pengalaman dalam bidang tersebut. Bagaimana jika kita banyak
berdialog dengan banyak orang yang memiliki jutaan pengalaman?. 2) Memanfaatkan
relasi teman, menurut saya ini metode Multi Level Marketing (MLM), apabila kita
punya 10 orang kenalan yang prospektif dan memiliki akses 100 orang yang
berpengaruh, maka minimal kita telah memiliki akses 100 orang yang berpengaruh
juga. 3) Kekurangan kita tertutup, setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam dirinya, semisal anda tidak bisa mengendarai mobil, maka
manfaatkanlah teman anda untuk mengendarainya dan manfaatkan dia untuk
mengajari anda mengendarai mobil. 4) Pasar yang potensial, bisnis apapun yang
kita miliiki, pasar atau komunitas yang pertama kali harus dibidik adalah orang
terdekat atau teman. Karena merekalah yang telah mengenal dan mengetahui
reputasi kita, sebab membangun kepercayaan pun di tengah-tengah mereka menjadi
lebih mudah. 5) P3K, artinya pertolongan pertama pada kecelakaan. Ingat masa di
pondok pesantren, orang yang pertama kali tempat kita meminjam uang adalah
teman, bukan pak kyai ataupun jasa peminjaman uang. Orang yang pertama kali
menolong dikala sakit adalah teman. Dan masih banyak lagi manfaat dari sebuah
pergaulan positif dengan relasi kita.
Hubungan
antar manusia juga sama seperti kita melakukan investasi uang di bank, jika
kita memberikan sesuatu yang positif terhadap orang lain, berarti kita telah
menabung ke bank emosi seseorang. Sebaliknya, ketika kita melakukan sesuatu
yang negatif kepada seseorang, maka kita seakan-akan menarik uang yang kita
tabung hingga minus atau tidak memilki tabungan sama sekali. Seseorang pemimpin
tidak harus yang kuat dan hebat, tetapi pemimpin yang mempunyai paling banyak
teman atau koneksi.
Definisi Homo Homini Socio 4
Manusia, sudah jelas bahwa manusia
yang dimaksud di dunia tidak hidup sendiri, dan tidak akan bisa hidup sendiri.
Karena itu manusia juga disebut makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok.
Manusia membutuhkan informasi-informasi untuk mengetahui keadaan kehidupan yang
ada, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan survive atau juga pertahanan hidup di
dunia ini.
Manusia adalah makhluk yang
mempunyai aturan-aturan atau peradaban yang berbeda beda di dunia ini, setiap
titik tempat pasti mempunyai peraturan yang berbeda beda. Peraturan tersebut
dibuat untuk mentertibkan dan menyesuaikan dengan keadaan titik tempat
tersebut, dan juga dibuat untuk mentertibkan komunikasi antar manusia.
Bukan baru-baru ini manusia sebagai
makhluk sosial, tetapi sudah berabad-abad lamanya, sebagaimana telah dikatakan
sebelumnya, manusia sangat membutuhkasn satu sama lain, karena beberapa alasan,
tetapi ada beberapa alasan yang sangat dominan yaitu :
1. Manusia butuh berinteraksi dan
bersosialisasi atas dasar kebutuhan pangan, atau jasmaninya.
2. Manusia butuh berinteraksi dan
bersosialisasi atas dasar kebutuhan pertahanan diri, atu kita bisa sebut
survival, untuk bertahan hidup.
3. Manusia juga sangat membutuhkan
interaksi dan sosialisasi atas dasar melangsungkan jenis atau keturunan.
Dari point-point di atas kita bisa
melihat dan membayangkan bagaimana manusia sangat membutuhkan satu sama lain.
Bukan hanya membutuhkan, tapi masyarakat atau kumpulan manusia yang
berinteraksi adalah suatu komponen yang tidak terpisahkan dan sangat
ketergantungan. Sehingga komunikasi antar masyarkat dientukan oleh peranan
manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.
Globalisasi, adalah perubahan secara
besar-besaran atau secara umum meluas. Dalam arus globalisasi yang berkembang
sangat cepat ini manusia menjadi makhluk yang sangat mudah meniru dalam arti
meniru sesuatu yang ada di masyarakat yang terdiri dari :
1. Manusia mudah meniru atau
mengikuti perkembangan kebudayaan-kebudayaan, dimana manusia sangat mudah
menerima bentuk-bentuk perkembangan dan pembaruan dari kebudayaan luar,
sehingga dalam diri manusia terbentuklah pengetahuan, pengetahuan tentang
pembaruan kebudayaan dari luar tersebut.
2. Penghematan tenaga dimana ini
adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga
dari manusia, sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara
efektif dan efisien.
Secara umum, keinginan manusia untuk
meniru bisa terlihat jelas dalam suatu ikatan kelompok, tetapi hal ini juga
kita dapat lihat di dalam kehidupan masyarakat secara luas.Dari gambaran diatas
jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau
komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga
secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat
dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1.
Tekanan Emosiaonal. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu
sama lain.
2.
Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia
yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.
3.
Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang
yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Homo Homoni Lupus :
Definisi Homo Homini
Lupus 1
Homo homini lupus artinya kurang lebih
sebagai berikut” Manusia itu adalah serigala bagi manusia lain”. Dalam arti
luas bahwa orang lain yang sering ditemui bukan lagi sebagai sahabat atau
sesama (homo socius). Orang yang tidak sealiran dengannya dianggap sebagai
lupus (serigala). Atau sebagai contoh dari dulu sejak zaman Adam dan Hawa hal
ini telah terjadi dari pembunuhan anak Adam dan Hawa, doktrin gereja, perang
dunia sampai terorisme. Kekerasan bahkan sampai penghilangan nyawa yang tidak
manusiawi kini adalah fakta yang tidak bisa dibantah.
Banyak sikap manusia yang semakin dilarang semakin melakukanya, contohnya semakin tinggi pagar rumah makin menantang untuk dimalingi oleh pencuri. Kerap kali kita bertanya “apa sih sebenarnya manusia itu ?”. Perang dunia, tindakan kekerasan, bunuh, potong, iris, cincang, mutilasi, bom, bakar, penggal Apakah itu disebut manusia? Tidak. Kenapa tidak? Karena itu semua manusia yang melakukanya dan dilakukan terhadap manusia juga (dari manusia untuk manusia) itu baru namanya “Manusia itu adalah serigala bagi manusia”, itulah sebanya manusia lain disebut lupus (serigala) yang berani membunuh dan memakan sesamanya.
Pengakuan sebagai umat beragama yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri). Kalau boleh meminjam kata yang sangat didengungkan orang Kristen adalah “kasih”. Kasih berarti pengorbanan, Kasih berarti tidak munafik, Kasih berarti menerima apa adanya. Kalau boleh meninggi, sudahkan bangsa atau dunia ini tidak ada kasih lagi, walau selalu berstempel orang beragama. Seorang agamawan yang baik tentu menghargai kebheinekaan (pluralis), menerima orang lain apa adanya, tidak munafik, tapi secara jujur dan tulus menghargai segala perbedaan. Pemahaman agama yang separuh-separuh hanya akan menimbulkan kemunafikan, karena esensinya hilang.
Banyak manusia merasa yang merasa dirinya paling benar, sebaiknya sebelum kita merasa kita yang paling benar seharusnya kita harus tahu apa sebenarnya itu benar salah, baik buruk, indah tidak indah, wahyu. Melihat dari telah banyaknya khasus Homo Homni Lupus sebaiknya kita sebagai manusia yang sebenarnya, manusia yang disebut makhluk hidup yang paling spesial janganlah menjadi lupus (serigala) bagi sesama manusia, mari kita semua sebagai makhluk hidup kembali berkumpul di sebuah tempat yang menjadi tujuan kita yang telah diciptakan Tuhan yang kita sebut SURGA.
Banyak sikap manusia yang semakin dilarang semakin melakukanya, contohnya semakin tinggi pagar rumah makin menantang untuk dimalingi oleh pencuri. Kerap kali kita bertanya “apa sih sebenarnya manusia itu ?”. Perang dunia, tindakan kekerasan, bunuh, potong, iris, cincang, mutilasi, bom, bakar, penggal Apakah itu disebut manusia? Tidak. Kenapa tidak? Karena itu semua manusia yang melakukanya dan dilakukan terhadap manusia juga (dari manusia untuk manusia) itu baru namanya “Manusia itu adalah serigala bagi manusia”, itulah sebanya manusia lain disebut lupus (serigala) yang berani membunuh dan memakan sesamanya.
Pengakuan sebagai umat beragama yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri). Kalau boleh meminjam kata yang sangat didengungkan orang Kristen adalah “kasih”. Kasih berarti pengorbanan, Kasih berarti tidak munafik, Kasih berarti menerima apa adanya. Kalau boleh meninggi, sudahkan bangsa atau dunia ini tidak ada kasih lagi, walau selalu berstempel orang beragama. Seorang agamawan yang baik tentu menghargai kebheinekaan (pluralis), menerima orang lain apa adanya, tidak munafik, tapi secara jujur dan tulus menghargai segala perbedaan. Pemahaman agama yang separuh-separuh hanya akan menimbulkan kemunafikan, karena esensinya hilang.
Banyak manusia merasa yang merasa dirinya paling benar, sebaiknya sebelum kita merasa kita yang paling benar seharusnya kita harus tahu apa sebenarnya itu benar salah, baik buruk, indah tidak indah, wahyu. Melihat dari telah banyaknya khasus Homo Homni Lupus sebaiknya kita sebagai manusia yang sebenarnya, manusia yang disebut makhluk hidup yang paling spesial janganlah menjadi lupus (serigala) bagi sesama manusia, mari kita semua sebagai makhluk hidup kembali berkumpul di sebuah tempat yang menjadi tujuan kita yang telah diciptakan Tuhan yang kita sebut SURGA.
Definisi Homo Homini
Lupus 2
“Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya”
atau juga disebut “Homo homini Lupus ” istilah ini pertama kali di kemukakan
oleh plautus pada tahun 945,yang artinya sudah lebih dari 1500 tahun dan kita
masih belum tersadar juga. di jaman sekarang ini sangat sulit Menjadikan
Manusia seperti seorang manusia pada umumnya,sepertinya istilah ini masih tetap
berlaku sampai sekarang.
Tidak bisa dipungkiri Hidup di dalam
suatu negara sangat di butuhkan sosialisasi karena kita tidak dapat Hidup
dengan sendirinya tanpa ada manusia lain.Apalagi seperti keadaan sekarang ini
kita Hidup di jaman yang serba susah .Demi mempertahankan hidup itu sendiri
kita rela melakukan apa saja Mulai dari yang halal sampai yang Haram, tentunya
semua itu kita lakukan untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih
baik.Untuk mewujudkan itu semua memang tidak mudah dimana kita harus menghadapi
berbagai konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa Dan disinilah
Peran Hati nurani & ego sangat dibutuhkan.
gambaran manusia di jaman sekarang
ini sangatlah mengerikan dari segi sikap dan perbuatan terkadang lebih keji
dari pada hewan yang paling buas sekalipun,saling sikut,saling berebut saling
tikam bahkan saling memangsa layaknya serigala yang buas siap menerkam
mangsanya demi sebuah kepuasan (ambisi).
sebagai contoh yang terjadi di dalam
kehidupan kita seperti tindakan kekerasan,mulai dari perkelahian
,pembunuhan,pemerkosaan,serta aksi teror pemboman yang sedang trend di negara
kita dan perang dunia yang memungkinkan akan terjadi lagi. Apakah itu disebut
manusia ? Tidak. Kenapa tidak? Karena itu semua manusia yang melakukanya dan
dilakukan terhadap manusia juga ? entahlah..’
Pengakuan sebagai umat beragamapun
yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan
bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti
tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran
(kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri).
Ego seperti apakah yang membuat
manusia menggurat sejarah kekerasan dalam perbudakan-rasisme,
Holocaust-rasisme, seksisme yang menyuburkan perdagangan manusia untuk
kepentingan prostitusi, lalu yang sedang marak disoroti saat ini adalah
kekerasan karena spesiesme. Mungkin sudah saatnya bagi manusia melihat jernih
kekerasan karena spesiesme. Spesies manusia merasa lebih unggul dari spesies
hewan hingga ‘boleh’ diperlakukan sebagai ‘milik-properti’ . Hewan diperlakukan
tak beda dengan benda. Perasaan takut, marah, sakit saat disiksa hingga
meregang nyawa ‘tak terlihat’ oleh ego manusia. Manusia sedang dan terus
memelihara spesiesme ini, pertanyaannya, akan sampai kapan? Manusia butuh
kejernihan hati dan akal, menimbang kembali apakah spesiesme layak dipelihara.
Jika saja ada spesies yang lebih unggul dari manusia, penguasaan teknologi
lebih tinggi dari manusia, manusia bisa saja dieksploitasi, dijadikan objek
penelitian, bahkan dijadikan makanan. Saya jadi ingat film the Island, sebuah
film futuristik yang mengisahkan tentang komodifikasi manusia kloning untuk
kepentingan asuransi kesehatan.
Jaminan kesehatan diberikan dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan adanya manusia kloning. Semua potensi penyakit dapat diatasi. Jika secara genetik Anda memilki potensi penyakit ginjal, diabetes atau jantung, Anda tidak perlu khawatir asal punya DUIT membayar asuransi, organ manusia kloning siap mengganti semua ‘onderdil’ yang bermasalah dalam tubuh Anda. Manusia kloning dengan rekayasa genetik sedemikian rupa diprogram agar tumbuh menjadi manusia yang super sehat untuk menjaga kualitas organnya. Namun rasa dan emosi mereka telah disetel, diprogram sedemikian rupa agar tidak ‘hidup’. Manusia kloning hidup tanpa rasa dan emosi meski dalam akhir cerita ada manusia kloning yang menyimpang , ada manusia kloning yang tetap punya emosi, hingga memberontak. Mereka tak ubahnya ‘benda’. Di sini manusia satu tidak melihat kelayakan yang sama dengan manusia lainnya, hingga Homo Homini Lupus, dominasi sesama spesies subur dan ’sah-sah’ saja. Spesies manusia yang berduit ‘boleh-boleh’ saja memperlakukan manusia kloning sesuai kebutuhan mereka, karena mereka dianggap spesies manusia-benda.
Dalam dunia nyata wajah homo homini lupus sebenarnya tak asing dalam kasus perdagangan manusia entah untuk kepentingan sebagai buruh pabrik, pekerja di dunia prostitusi dengan berbagai modus. Di China modus terbanyak adalah penculikan, mulai dari anak kecil (biasanya untuk dijadikan pekerja seks untuk pedofilia) dan di Indonesia modusnya memanfaatkan keterjepitan keadaan ekonomi. Sebuah kasus di tempat saya dinas dulu terungkap, modus yang digunakan adalah meminta langsung ke orang tua korban dengan memberi segepok uang ke orang tua korban hingga rela melepas anaknya untuk dipekerjakan di Jepang sebagai duta budaya. Kenyataannya, setelah korban sampai di tujuan, korban disodorkan nota utang berisi rincian biaya perjalanan dan biaya pengurusan imigrasi dll. Kondisi terjepit seperti ini, korban tidak memiliki pilihan, hingga terpaksa bekerja di ‘panti’ jauh berbeda dari yang dijanjikan sebelumnya. Sampai pada titik ini, manusia juga telah melihat manusia lain tak ubahnya benda tak berhak punya rasa, yang bisa dieksploitasi. Mungkinkah bakat homo homini lupus ini lahir dan tumbuh bermuasal, berakar dari sikap spesiesme kita terhadap hewan. Sadar tak sadar kita membiasakan diri ‘membenarkan’ mengabaikan rasa mereka. Kita terbiasa memperlakukan mereka seolah tak berhak punya rasa takut, rasa sakit dan rasa cinta akan hidup mereka sendiri.Sebuah ungkapan dari George Angell (1823-1909) sejalan dengan permenungan di atas. Saya kadang ditanya,”Mengapa engkau menghabiskan begitu banyak waktu dan uang berbicara tentang kebaikan kepada binatang padahal begitu banyak kekejaman atas manusia?” Saya menjawab,”Saya bekerja dari akarnya.”
Jaminan kesehatan diberikan dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan adanya manusia kloning. Semua potensi penyakit dapat diatasi. Jika secara genetik Anda memilki potensi penyakit ginjal, diabetes atau jantung, Anda tidak perlu khawatir asal punya DUIT membayar asuransi, organ manusia kloning siap mengganti semua ‘onderdil’ yang bermasalah dalam tubuh Anda. Manusia kloning dengan rekayasa genetik sedemikian rupa diprogram agar tumbuh menjadi manusia yang super sehat untuk menjaga kualitas organnya. Namun rasa dan emosi mereka telah disetel, diprogram sedemikian rupa agar tidak ‘hidup’. Manusia kloning hidup tanpa rasa dan emosi meski dalam akhir cerita ada manusia kloning yang menyimpang , ada manusia kloning yang tetap punya emosi, hingga memberontak. Mereka tak ubahnya ‘benda’. Di sini manusia satu tidak melihat kelayakan yang sama dengan manusia lainnya, hingga Homo Homini Lupus, dominasi sesama spesies subur dan ’sah-sah’ saja. Spesies manusia yang berduit ‘boleh-boleh’ saja memperlakukan manusia kloning sesuai kebutuhan mereka, karena mereka dianggap spesies manusia-benda.
Dalam dunia nyata wajah homo homini lupus sebenarnya tak asing dalam kasus perdagangan manusia entah untuk kepentingan sebagai buruh pabrik, pekerja di dunia prostitusi dengan berbagai modus. Di China modus terbanyak adalah penculikan, mulai dari anak kecil (biasanya untuk dijadikan pekerja seks untuk pedofilia) dan di Indonesia modusnya memanfaatkan keterjepitan keadaan ekonomi. Sebuah kasus di tempat saya dinas dulu terungkap, modus yang digunakan adalah meminta langsung ke orang tua korban dengan memberi segepok uang ke orang tua korban hingga rela melepas anaknya untuk dipekerjakan di Jepang sebagai duta budaya. Kenyataannya, setelah korban sampai di tujuan, korban disodorkan nota utang berisi rincian biaya perjalanan dan biaya pengurusan imigrasi dll. Kondisi terjepit seperti ini, korban tidak memiliki pilihan, hingga terpaksa bekerja di ‘panti’ jauh berbeda dari yang dijanjikan sebelumnya. Sampai pada titik ini, manusia juga telah melihat manusia lain tak ubahnya benda tak berhak punya rasa, yang bisa dieksploitasi. Mungkinkah bakat homo homini lupus ini lahir dan tumbuh bermuasal, berakar dari sikap spesiesme kita terhadap hewan. Sadar tak sadar kita membiasakan diri ‘membenarkan’ mengabaikan rasa mereka. Kita terbiasa memperlakukan mereka seolah tak berhak punya rasa takut, rasa sakit dan rasa cinta akan hidup mereka sendiri.Sebuah ungkapan dari George Angell (1823-1909) sejalan dengan permenungan di atas. Saya kadang ditanya,”Mengapa engkau menghabiskan begitu banyak waktu dan uang berbicara tentang kebaikan kepada binatang padahal begitu banyak kekejaman atas manusia?” Saya menjawab,”Saya bekerja dari akarnya.”
Jadi homo homini socio dan homo
homini lupus ini ada dalam diri manusia. Sadar atau tidak kiti memang seperti
itu. Kadang kita baik dngan sesame, kadang kita juga berbuat hal yang tidak
baik. Mencelakakan seseorang hanya untuk sebuah keinginan. Seperti pemerintah
yang mengaku sebagai wakil rakyat. Yang dalam faktanya mereka memakan uang
rakyat. Korupsi itu seperti serigala memakan keluarganya. Merugikan Negara, dan
rakyat. Negara menurut teori Thomas Hobbes dibutuhkan untuk mencegah
kesewenang-wenangan pihak yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan terhadap rakyat
yang lemah. Hobbes menilai bahwa negara dibutuhkan perannya yang besar agar
mampu mencegah adanya “homo homini lupus” atau manusia menjadi serigala bagi
manusia lainnya. Hobbes memunculkan teori ini karena di masanya ia melihat
adanya kesewenang-wenangan terhadap golongan yang lemah, sehingga perlu adanya
peran negara untuk mencegah ini.
"manusia adalah kawan bagi
sesama". Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia
sosialitas ini (homo homini socius). Pikiran homo homini socius
ini ditaruh untuk mengkritik, mengoreksi, dan memperbaiki sosialitas preman; sosialitas yang saling mengerkah, memangsa, dan
saling membenci dalam homo homini lupus (sesama adalah serigala bagi
manusia).
Sumber : http://id.wikipedia.org/
0 komentar:
Posting Komentar