TEMPO.CO , : -
Bengkel mobil di Jalan Yogyakarta-Solo kilometer 4, Desa Ngaran,
Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah, itu tak berbeda dengan bengkel
mobil lain. Papan nama bertulisan “Kiat Motor” berukuran besar
terpampang jelas di bagian depan. Aktivitas perbaikan bodi mobil dan
pengecatan menunjukkan bengkel ini cukup ramai.
Siapa sangka, dari bengkel milik Sukiyat inilah lahir Kiat Esemka, mobil yang tiba-tiba menyita perhatian masyarakat Tanah Air setelah digunakan oleh Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Kiat Esemka diambil dari nama Sukiyat (biasa dipanggil Kiat) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dilafalkan Esemka.
Lahir di Trucuk, Klaten, 22 April 1957, Sukiyat memang sudah sejak dulu tertarik kepada dunia otomotif. Awalnya, dia membuka bengkel Vespa, sebelum beralih ke mobil pada sekitar 1978. Persinggungannya dengan siswa SMK dimulai ketika pada 2007 ayah dua anak ini memodifikasi sebuah Toyota Crown menjadi mirip Toyota Land Cruiser.
Tertarik pada kreativitas Sukiyat, Direktur Pendidikan Kejuruan Joko Sutrisno lantas menyambanginya. “Dia ingin mengajak kerja sama merakit mobil yang dikerjakan oleh siswa SMK,” tutur Sukiyat ketika ditemui di Solo, Selasa lalu.
Singkat cerita, sejak 2008 hingga kini, bengkel seluas 6.500 meter persegi milik Sukiyat itu tidak sepi dari aktivitas perakitan mobil siswa SMK. Dia menyebutkan, setidaknya ada 20 SMK yang menitipkan siswanya untuk magang di tempatnya. “Ada yang dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” ucap sosok yang bahkan tidak lulus STM di Klaten ini.
Pertengahan 2008, Kepala SMK Negeri 1 Trucuk, Wardani Sugiyanto, menantang Sukiyat untuk merancang mobil sendiri. Jadilah proyek itu kemudian berjalan.
Blok mesin dibikin di Klaten, komponen mesin dibuat oleh siswa SMK 1 Jakarta, sedangkan mesin dirakit SMA Warga. Mesin TwinCam dengan merek Esemka ini berkapasitas 1.500 cc.
“Sudah injeksi. Sehingga irit bahan bakar karena pembakarannya sempurna,” katanya. Ia juga mengklaim, dalam uji coba, bahan bakar yang digunakan sebanyak 1 liter untuk 12 kilometer.
Sejak dimulai pada September 2011, mobil jenis sport utility vehicle (SUV) ini selesai 2,5 bulan kemudian. Waktunya cukup lama lantaran ada beberapa bagian yang harus dibuat sendiri atau dibeli. Meski demikian, Sukiyat mengaku bangga akan hasil karya siswa SMK.
“Mimpi saya, bisa menjadi seperti Henry Ford, yang bisa membuat mobil. Ini sudah diawali dengan peluncuran Kiat Esemka,” ujarnya.
Siapa sangka, dari bengkel milik Sukiyat inilah lahir Kiat Esemka, mobil yang tiba-tiba menyita perhatian masyarakat Tanah Air setelah digunakan oleh Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Kiat Esemka diambil dari nama Sukiyat (biasa dipanggil Kiat) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dilafalkan Esemka.
Lahir di Trucuk, Klaten, 22 April 1957, Sukiyat memang sudah sejak dulu tertarik kepada dunia otomotif. Awalnya, dia membuka bengkel Vespa, sebelum beralih ke mobil pada sekitar 1978. Persinggungannya dengan siswa SMK dimulai ketika pada 2007 ayah dua anak ini memodifikasi sebuah Toyota Crown menjadi mirip Toyota Land Cruiser.
Tertarik pada kreativitas Sukiyat, Direktur Pendidikan Kejuruan Joko Sutrisno lantas menyambanginya. “Dia ingin mengajak kerja sama merakit mobil yang dikerjakan oleh siswa SMK,” tutur Sukiyat ketika ditemui di Solo, Selasa lalu.
Singkat cerita, sejak 2008 hingga kini, bengkel seluas 6.500 meter persegi milik Sukiyat itu tidak sepi dari aktivitas perakitan mobil siswa SMK. Dia menyebutkan, setidaknya ada 20 SMK yang menitipkan siswanya untuk magang di tempatnya. “Ada yang dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” ucap sosok yang bahkan tidak lulus STM di Klaten ini.
Pertengahan 2008, Kepala SMK Negeri 1 Trucuk, Wardani Sugiyanto, menantang Sukiyat untuk merancang mobil sendiri. Jadilah proyek itu kemudian berjalan.
Blok mesin dibikin di Klaten, komponen mesin dibuat oleh siswa SMK 1 Jakarta, sedangkan mesin dirakit SMA Warga. Mesin TwinCam dengan merek Esemka ini berkapasitas 1.500 cc.
“Sudah injeksi. Sehingga irit bahan bakar karena pembakarannya sempurna,” katanya. Ia juga mengklaim, dalam uji coba, bahan bakar yang digunakan sebanyak 1 liter untuk 12 kilometer.
Sejak dimulai pada September 2011, mobil jenis sport utility vehicle (SUV) ini selesai 2,5 bulan kemudian. Waktunya cukup lama lantaran ada beberapa bagian yang harus dibuat sendiri atau dibeli. Meski demikian, Sukiyat mengaku bangga akan hasil karya siswa SMK.
“Mimpi saya, bisa menjadi seperti Henry Ford, yang bisa membuat mobil. Ini sudah diawali dengan peluncuran Kiat Esemka,” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar